Kamis, 09 Juni 2016

Contoh PKM-GT TREN VERTIKULTUR SANSEVIERIA SP SEBAGAI PELUANG UNTUK MENAMBAH RTH DI TENGAH KETERBATASAN LAHAN KOTA SEJUTA BUNGA






PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
TREN VERTIKULTUR SANSEVIERIA SP SEBAGAI PELUANG UNTUK MENAMBAH RTH DI TENGAH KETERBATASAN LAHAN KOTA SEJUTA BUNGA
BIDANG KEGIATAN
PKM-GAGASAN TERTULIS


    Diusulkan oleh:
Putri Budi Utami                    1410201062    Angkatan 2014
Sholichatun Muslich               1410101077    Angkatan 2014
Dewi Fitria Anggraeni            1510301065    Angkatan 2014





UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2016


DAFTAR ISI

I.          HALAMAN JUDUL................................................................................ i
II.       HALAMAN PENGESAHAN................................................................. ii
III.    DAFTAR ISI............................................................................................ iii
IV.    RINGKASAN.......................................................................................... iv
1.      PENDAHULUAN ........................................................................... 1
Latar Belakang Masalah..................................................................... 1
Tujuan................................................................................................. 2
Manfaat.............................................................................................. 2
2.      GAGASAN....................................................................................... 3
Kondisi Singkat Lingkungan saat ini................................................ 3
Solusi yang pernah ditawarkan.......................................................... 3
Rekomendasi dan Proyeksi Hasil di masa depan.............................. 4
Pihak yang dapat membantu mengimplementasikan gagasan........... 4
Langkah Strategis untuk mengimplementasikan gagasan................. 5
Langkah-langkah Pembuatan  Tren Vertikultur................................ 6
Pengadaan Media Tanam.................................................................. 7      
3.      KESIMPULAN................................................................................. 8
4.      DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 9
5.      LAMPIRAN...................................................................................... 10
Lampiran Biodata Ketua................................................................... 10
Lampiran Biodata Anggota 1............................................................ 11
Lampiran Biodata Anggota 2............................................................ 12
Lampiran Biodata Dosen Pembimbing.............................................. 13
Lampiran Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas. 14
Lampiran Surat Pernyataan Ketua Pelaksana.................................... 15

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1........................................................................................... 6
Gambar 2........................................................................................... 6
Gambar 3........................................................................................... 7
Gambar 4........................................................................................... 7
Gambar Penerapan............................................................................. 7








RINGKASAN

Keberadaan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan sangat penting dalam menjaga kualitas lingkungan. Perda Kota Magelang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau dijelaskan Ruang Terbuka Hijau merupakan elemen fisik yang menyatupadukan tata bangunan dengan lingkungan, termasuk mengisi ruang antar bangunan sehingga tercipta suatu lingkungan binaan yang lebih fungsional, berkualitas, dan lebih layak dihuni. Ruang terbuka hijau merupakan salah satu ekosistem yang perlu dipertahankan keberadaannya, karena memiliki manfaat yang baik. (Rina Sulistya Puspasari, Hartuti Purnaweni, Aloysius Rengga, 2015 ).
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan cepatnya pembangunan infrastruktur di Kota Magelang menyebabkan banyak pembukaan lahan baru menjadi bangunan yang bernilai ekonomis tanpa memperhatikan dampak lingkungan sehingga hampir tidak ada lagi lahan kosong yang dapat dimanfaatkan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan kegiatan penghijauan namun solusi yang pernah dilaksanakan belum berkerja secara optimal dan efektif.
Vertikultur merupakan teknik penanaman yang tidak memerlukan lahan   yang luas karena penanamannya menggunakan teknik penanaman bertingkat. Tren vertikultur ini menggunakan tanaman Sansevieria sp (lidah mertua), tanaman-tanaman tersebut memiliki kemampuan untuk menyerap gas buang kendaraan bermotor seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO). Selain menyerap emisi CO2, TVS juga bisa membantu mendaur ulang sampah dengan memanfaatkan kaleng bekas dan sekam padi. Pemilihan tiang lampu jalanan dan pemasangan pada lampu merah sebagai media tanam dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi proses fotosintesis dari tanaman penyerap polutan yang dipasang pada sepanjang jalan.




1.    PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah di kota-kota besar di Indonesia khusunya di Kota Magelang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor misalnya faktor ekonomi, demografi, penyediaan infrastruktur, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan bertambahnya jumlah kendaraan. Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan yang  signifikan terhadap bentuk ketataruangan kota. Munculnya gagasan menjadikan Kota Magelang sebagai “Kota Sejuta Bunga” mengingat sejarah kota tersebut sejak jaman kolonial dikenal sebagai Tuin Van Java yang berarti kebun atau tamannya Pulau Jawa. Konsep Kota Magelang sebagai Kota Sejuta Bunga merupakan upaya untuk membangun kembali Tuin Van Java (Pemerintah Kota Magelang, 2011).
Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan cepatnya pembangunan infrastruktur di Kota Magelang menyebabkan banyak pembukaan lahan baru menjadi bangunan yang bernilai ekonomis tanpa memperhatikan dampak lingkungan sehingga hampir tidak ada lagi lahan kosong yang dapat dimanfaatkan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Hal tersebut menimbulkan perubahan lingkungan salah satu contohnya suhu udara disekeliling kita meningkat, ini menandakan bahwa udara tersebut telah terjadi polusi udara.
Keberadaan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan sangat penting dalam menjaga kualitas lingkungan. Salah satu fungsi ruang terbuka hijau adalah untuk menjaga suhu dan kelembaban udara yang nyaman bagi manusia, atau lebih dikenal sebagai kenyamanan termal. Kenyamanan yang tinggi dapat diperoleh jika kondisi ruang terbuka hijau di suatu wilayah dalam kondisi yang baik. (Rina Sulistya Puspasari, Hartuti Purnaweni, Aloysius Rengga, 2015 )
Kebutuhan akan ruang terbuka hijau dan tanaman untuk mempercantik kota sangat mendesak. Oleh karena itu, di beberapa tempat Kota Magelang “ Kota Sejuta Bunga” sudah saatnya memulai inovasi menggunakan teknik penanaman vertikultur. Vertikultur berasal dari bahasa inggris, yaitu vertical dan culture. Secara lengkap, dibidang budi daya tanaman, arti vertikultur adalah suatu teknik bercocok tanam diruang sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat (Temmy, 2003). Tren vertikultur ini menggunakan tanaman sansevieria sp (lidah mertua) karena tanaman tersebut memiliki kemampuan untuk menyerap gas buangan kendaraan bermotor. Melihat dari permasalahan tersebut tren vertikultur sansevieria sp sebagai peluang untuk menambah RTH di tengah keterbatasan lahan kota sejuta bunga  merupakan solusi agar masalah tentang polusi dan mendaur ulang sampah dapat terselesaikan.



Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk memberikan masukan kepada pemerintah kota Magelang dan masyarakat yang mempunyai masalah keterbatasan lahan dengan bertanam menggunakan tren vertikultur demi terciptanya pembangunan kota yang berkelanjutan (sustanable development) agar dengan semakin banyak tanaman sansaveria sp (lidah mertua) nantinya dapat mengurangi polusi udara. Tren vertikultur ini, berusaha untuk menambah jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan partisipasi seluruh elemen masyarakat.


Manfaat
Karya tulis ini diharapakan dapat memberikan solusi alternatif bagi pemerintah dalam mengatasi keterbatasan lahan untuk ruang terbuka hijau ditengah percepatan pembangunan dengan menggunakan tren vertikultur serta dapat memberikan solusi efektif untuk mengatasi polusi udara dari asap kendaraan bermotor seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), dan menangani masalah sampah dengan mendaur ulang kaleng bekas maupun sekam padi.


2.        GAGASAN

Kondisi Singkat Lingkungan saat ini
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor menjadi faktor utama penurunan kualitas udara. Jumlah penduduk yang ada di Kota Magelang memicu pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang apabila tidak diiringi dengan jumlah ruang terbuka hijau, tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa tahun ke depan akan terjadi degradasi lingkungan akibat penurunan kualitas udara secara drastis (Ahmad Zaky Maulana, 2012).
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menetapkan proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota dan untuk RTH publik paling sedikit 20% dari luas wilayah. Pemerintah Kota Magelang belum bisa memenuhi aturan tersebut. RTH yang diadakan oleh warga sudah lebih dari 10%, sedang yang diadakan oleh pemkot baru sekitar 17% (suara merdeka, 2014). Persentase luas RTH Kota Magelang baru sekitar 17,28% dari luas wilayah. Penambahan luas RTH pada tahun 2015 baru sekitar 0,3% dari luas wilayah (Rina Sulistya Puspasari, Hartuti Purnaweni, Aloysius Rengga, 2015).
Pelaksanaan Penataan RTH Taman di Kota Magelang berlandaskan pada Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau. Kondisi ruang terbuka hijau yang dikelola oleh pemerintah 60% kurang terawat, sedang yang dikelola oleh swasta kondisinya terawat, bersih dan menarik. pengelolaan ruang terbuka hijau oleh Pemerintah Kota Magelang tidak efektif, hal ini disebabkan karena komitmen pemerintah daerah lemah, tidak didukung oleh konsistensi, selain itu sistem dan tenaga pengelolaan kurang baik. Pengelolaan ruang terbuka hijau yang dilakukan swasta lebih efektif, karena mempunyai komitmen untuk menyediakan ruang terbuka hijau yang menarik, asri dan terawat. Hal ini didukung pula oleh tenaga kerja yang terampil dan dana yang cukup, serta sistem perawatan atau pemeliharaan yang baik. Swasta dan masyarakat mendukung upaya pemerintah menjadikan Kota Magelang sebagai Kota Sejuta Bunga, hal ini terlihat dari kesediaan mengelola ruang-ruang terbuka hijau di lingkungan mereka. (Sri Yuwiati Sukmaputra, 2006).

Solusi yang pernah ditawarkan
Karena lahan di Kota Magelang yang semakin sempit menyebabkan tidak adanya ruang terbuka hijau sehingga pemerintah Kota Magelang berupaya untuk mempertahankan keberadaan kota hijau dengan rencana kebijakan ruang terbuka hijau kota yaitu mempertahankan 30% dari luas wilayah sebagai ruang terbuka hijau. Adapun beberapa solusi yang pernah dilaksanakan pemerintah sebagai upaya penanggulangan permasalahan keterbatasan lahan sebagai ruang terbuka hijau adalah sebagai berikut :
  1.   Gerakan Penanaman bibit seribu pohon dengan konsep multipartisipasif dari berbagai elemen masyarakat, kalangan pelajar, mahasiswa, lembaga swadaya dan TNI.
  2.  Pembuatan taman kota seperti yang berlokasi di Taman Ahmad Yani, Taman Badaan, Taman Cempaka, Taman Pembibitan.
  3. Penanaman pohon berdaun lebat di pinggir jalan.
  4. Menambah kampung-kampung organik di setiap Rukun Wilayah (RW) diawali kampung organik Legok Makmur, Kelurahan Wates, yang dibentuk dengan dana swadaya awal tahun 2013, pada tahun 2014 sudah tersebar di 27 lokasi (Regina Rukmorini, 2015).
  5. Memanfaatkan tanah-tanah kosong milik warga apabila diizinkan pemiliknya untuk dibuat taman.
  6. Munculnya event-event yang terkait dengan gerakan penghijauan semisal diadakannya putri lingkungan Kota Magelang.
  7. Car free day (hari bebas kendaraan).

                                                                                            
Rekomendasi dan Proyeksi Hasil di masa depan
Kondisi dilapangan mengatakan bahwa, pemerintah sudah cukup tegas dalam menyikapi permasalahan ruang terbuka hijau. Contoh nyata dari upaya tersebut adalah dengan diberlakukannya Perda Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau. Sebenarnya pemerintah Kota Magelang telah mengupayakan penanaman pohon atau gerakan penanaman pohon akan tetapi lahan untuk menanam tersebut sangat terbatas dan hanya dipusatkan di area tertentu sehingga tidak semua daerah memiliki ruang terbuka hijau.
Salah satu cara alternatif untuk menambah RTH karena keterbatasan lahan adalah dengan memanfaatkan tren vertikultur. Vertikultur merupakan teknik  penanaman secara bertingkat sehingga dapat menghemat lahan penanaman. Vertikultur ini menggunakan tanaman yang mempunyai kemampuan untuk   menyerap gas-gas buangan emisi kendaraan bermotor seperti sansevieria sp. Penggunaan vertikultur ini diterapkan pada tiang lampu merah, tiang lampu jalan, pembuatan rangkaian untuk tanaman gantung di bahu jalan, dan lain-lain.
            Pemeliharaan dan pengawasan merupakan tindak lanjut dari program tren vertikultur yang akan dilaksanakan, agar tanaman tetap terjaga maka diperlukan pengawasan dari dinas pertamanan. Sampai saat ini pemerintah Kota Magelang belum merealisasikan bagaimana mengatasi dampak masalah polusi udara akibat dari keterbatasan tanaman. Melalui tren vertikultur ini diharapkan mampu mengatasi polusi dan membuat lingkungan menjadi lebih indah.


Pihak-pihak yang dapat membantu mengimplementasikan gagasan
Pihak yang dipercaya dapat memberikan kontribusi dan perubahan untuk melaksanakan kegiatan adalah
1.      Pemerintah
Pemerintah dalam hal ini menjadi kunci utama untuk menjaga tanaman sansaveria sp agar tetap hidup dengan merawatnya. Terdiri dari beberapa institusi yaitu Bappeda, Dinas Kebersihan Pertamanan dan Tatakota (DKPT) sebagai leading sector dalam melaksanakan penataan RTH, kantor lingkungan hidup, seluruh SKPD Kota Magelang.
2.      Masyarakat
Masyarakat yang didalamnya terdiri dari banyak komponen diharapkan ikut terlibat  dan berpartisipasi dalam mengontrol, memelihara serta tidak merusak tumbuhan yang ditanam.
3.      Media cetak/elektronik
Beberapa media cetak/elektronik deperti majalah, koran, buku, pamflet dan lain-lain dalam mengontrol RTH di Kota Magelang, melalui pemberitaan yang konstruktif terhadap kemajuan RTH Kota Magelang.


Langkah-langkah Strategis untuk mengimplementasikan gagasan
Beberapa langkah strategis yang dapat digunakan untuk mewujudkan upaya-upaya tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1.  Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Magelang dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Magelang berkerja sama dengan Kepolisian Resor Kota Magelang menyetujui dan memberi izin dilaksanakannya proyek pembuatan taman vertikultur di sekitar tiang lampu merah di jalan raya Kota Magelang.
2. Pemerintah segera menganggarkan dana untuk pembuatan taman vertikultur ini dapat juga bekerjasama dengan pihak swasta atau perusahaan supaya menerapkan CSR sebagai kebijakan perusahaan untuk memberikan tanggung jawabnya kepada lingkungan sekitar.
3. Mengadakan penyuluhan  kepada masyarakat mengenai pentingnya tren vertikultur untuk menyerap polusi dan mengajak peran serta masyarakat untuk turut mendukung tren vertikultur ini dengan ikut merawat dan tidak merusak tanaman vertikultur yang telah terpasang di sekitar tiang lampu merah di jalan Kota Magelang. Selain itu menjelaskan keuntungan dari tren vertikultur ini bagi pengguna jalan raya dan masyarakat sekitar mengingat Kota Magelang adalah Kota Sejuta Bunga dan tentu mendambakan lingkungan yang bersih dan bebas polusi.
4. Komitmen pemerintah khususnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Magelang dalam pelaksanaan tren vertikultur di sekitar tiang lampu merah, tiang lampu jalan, pembuatan rangkaian untuk tanaman gantung di bahu jalan, dan lain-lain guna mencapai tujuan dari program ini.



Langkah-langkah Pembuatan  Tren Vertikultur
Langkah-langkah pembuatan tren vertikultur sansiveria sp dapat menggunakan beberapa bahan bekas seperti kaleng bekas, sekam padi sebagai bahan pembuatan. Kaleng bekas adalah bahan yang sulit terurai karena tergantung pada proses pengaratan yang membutuhkan waktu ratusan tahun (Fontana, 1978). Karat pada kaleng bekas juga bisa merusak mutu dan keseimbangan tanah. Tumpukan kaleng bekas bisa menjadi sarang nyamuk yang menyebarkan berbagai macam penyakit. Kaleng yang berkarat juga bisa memicu tetanus jika melukai tubuh. Penggunaan kaleng bekas sebagai pot alternatif pada Tren Vertikultur Sansievera sp (TVS) bisa mengurangi biaya dan berdampak positif bagi lingkungan. Sementara sekam padi adalah limbah pertanian yang sulit diurai oleh mikroba karena mengandung serat kasar (Munarso, 1995). Ketersediaan sekam padi di Indonesia cukup melimpah yaitu mencapai 20-30 % dari bobot total gabah kering yang dihasilkan oleh lahan pertanian. Dengan semua manfaat tersebut, TVS bisa menjadi produk terobosan baru yang mudah diaplikasikan untuk mengurangi polusi di perkotaan.
Bahan-bahan yang dibutuhkan bagi pembuatan TVS sangat sederhana, meliputi besi ukuran 2 x 3 cm, baut-mur silinder, karet penyekat, kaleng bekas, pelat strip, cat, thinner dan media tanam.



Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah mesin las listrik tipe BX-160 220V, gunting pelat, tang, rivet, palu, meteran, jangka besi, gergaji besi, alat tulis, alat ukur (meteran) dan busur derajat, untuk pot tanaman kita bisa memanfaatkan kaleng-kaleng bekas seperti kaleng oli.
(Gambar 1) TVS terdiri dari dua bagian utama yaitu rangka penopang dan rangka untuk pot tanaman. Rangka penopang terbuat dari 2 besi sebagai kerangka penopang utama dan kerangka pengunci yang sekaligus berfungsi sebagai tempat menggantung pot-pot tanaman. Penguat menggunakan baut-mur silinder pada setiap sisi kerangka penopang dan karet pada lengkung kerangka.

                                                                                    
Gambar 1. Prinsip dasar kerangka pengunci.

(Gambar 2) Sebanyak 4 buah pot tanaman atau lebih bisa digantungkan pada sisi-sisi kerangka tergantung dari perbandingan diameter pot dengan ukuran tiang misal, tiang berdiameter 20 cm ideal digunakan untuk 4 pot tanaman berdiameter 15 – 20 cm.

Gambar 2. Penempatan pot tanaman di kerangka utama.
(Gambar 3 dan 4) Pot tanaman yang digantung membentuk sudut 30 derajat relatif terhadap tiang untuk menambah efektifitas pemanfaatan ruang dan nilai estetika. Sistem ini juga mudah untuk dibongkar-pasang, sehingga mudah melakukan perawatan atau penggantian pot tanaman.



  










Gambar 3. Penempatan tanaman                                                              Gambar 4. Pot saling-silang


 Gambar Penerapan

Pengadaan Media Tanam
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman. (Ch. Lilies Sutarminingsih,2007)

3.    KESIMPULAN

Gagasan Tren Vertikultur Sansiveria sp (TVS) pada dasarnya merupakan solusi baru untuk membantu upaya pemerintah dalam mengurangi emisi gas kendaraan bermotor yang meningkat setiap harinya. Selain itu, TVS dapat membantu dalam menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Magelang yang lahannya terbatas untuk penghijauan. Vertikultur   merupakan   teknik penanaman   yang   tidak  memerlukan lahan yang  luas  karena  penanamannya menggunakan   teknik penanaman bertingkat, sehingga   lahan   yang   tersedia  dapat digunakan secara maksimal.
Langkah Pembuatan Tren Vertikultur Sansiveria sp ini sangat mudah dengan memanfaatkan kaleng bekas dan sekam padi. Program  ini   memerlukan   suatu   peran   serta   pemerintah  khususnya   Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Magelang dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Magelang, LSM yaitu Badan Lingkungan  Hidup  Magelang, mahasiswa, masyarakat sekitar dan  para pengguna jalan. Program  ini memiliki peluang diantaranya  meminimalisir lahan yang dipakai, teknik penanamannya yang vertikal membuat tanaman yang dipakai  bisa lebih  banyak,  menghemat penggunaan pupuk, kemungkinan adanya gulma dan rumput lebih kecil.




4.        DAFTAR PUSTAKA

http://galihthyo.blogspot.co.id/2016/03/tentang-vertikultur.html di unduh pada hari Selasa tanggal 25 April 2016 pukul 10:54 WIB.

Maulana, Ahmad Zaky. 2012. Analisis beban pencemaran udara SO2, NO2, dan HC dengan pendekatan line source modeling (studi kasus di jalan magelang yogyakarta). Volume 15, No. 3, desember 2012, 499-508.

Puspasari, Rina Sulistya, dkk. 2015. Implementasi Penataan Ruang Terbuka Hijau Pada Taman di Kota Magelang Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau. Semarang: Fisip Undip.

Rukmorini, Regina. 2015. Berbagi Ilmu Pengolahan Sampah. Kompas, Rabu 29 April 2015.

Suara Merdeka. 2014. Luas RTH di Kota Magelang Masih Kurang. Suara merdeka, senin 14 juli 2014. di unduh pada hari Selasa tanggal 26 April 2016 pukul 15:34 WIB.

Sukmaputra, Sri Yuwiati. 2006. Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota Magelang. Tesis Magister Perencanaan Kota dan Daerah UGM. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Sutarminingsih, Ch. Lilies. 2007. Vertikultur. Yogyakarta: Kanisius.






















Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas
No
Nama / NIM
Program
Studi

Bidang
Ilmu

Alokasi
Waktu
(jam/minggu)

Uraian Tugas

1
Putri Budi Utami / 1410201062
Administrasi Negara
Sosial dan Politik
21 jam/minggu
Mengatur, observasi, mengumpulkan data, menyusun gagasan, evaluasi dan penyempurnaan.
2
Sholichatun Muslich / 1410201077
Administrasi Negara
Sosial dan Politik
21 jam /minggu
Observasi, mengumpulkan data, menyusun gagasan, evaluasi dan penyempurnaan.
3
Dewi Fitria Anggraeni / 1410201065
Administrasi Negara
Sosial dan Politik
21 jam/minggu
Observasi, mengumpulkan data, menyusun gagasan, evaluasi dan penyempurnaan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar